Jakarta, Sriwijaya Soccer - Seperti diketahui, PSSI melalui Komdisnya telah menjatuhkan sanksi kepada 22 pemain yang mangkir dari panggilan mengikuti Training Camp timnas Indonesia di Kota Medan. Hukuman yang diberikan bervariasi mulai dari larangan bertanding selama enam bulan serta denda Rp 100 juta.
Sanksi yang dijatuhkan oleh Komdis PSSI terhadap 22 pemain yang berkiprah di klub-klub Indonesia Super League (ISL) dipandang sebagai ketidak becusan PSSI dalam mengelola sepakbola Indonesia.
Menurut pengamat sepakbola tanah air, Yusuf Kurniawan kepada salah satu media online "PSSI membuang energi percuma dengan mengeluarkan sanksi tersebut.
"Ini sebenarnya, bentuk ketidakbecusan PSSI dalam mengontrol seluruh stakeholder. Itu tidak bisa dibantah. Dampaknya apa coba? Toh mereka (pemain yang dijatuhi sanksi) masih bisa bermain,"
Menurut Yusuf, dengan menjatuhkan sanksi kepada pemain yang bersangkutan PSSI ingin menunjukan jika mereka adalah organisasi yang sah. Padahal, saat ini ada dua organisasi di sepakbola nasional.
"Yang berhak mengatur, mengontrol bahkan menghukum pihak-pihak yang tidak sejalan. Padahal, realitanya sekarang ada dua organisasi," ujarnya.
Selain itu, Yusuf menilai alangkah baiknya, jika PSSI lebih mendahulukan penyelesaian konflik dualisme kepengurusan daripada mementingkan sanksi kepada pemain dan klub.
"Suka ngga suka, KPSI (PSSI KLB) itu sudah diakui oleh FIFA dan AFC. Buktinya mereka diajak berunding," tandasnya.
M/Rd
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !